Membina Rumah Tangga Harmonis
Oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
Rumah tangga yang bahagia dan harmonis merupakan idaman bagi
setiap mukmin. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi teladan
kepada kita, mengenai cara membina keharmonisan rumah tangga. Sungguh pada diri
Rasulullah itu terdapat teladan yang paling baik. Dan seorang suami harus
menyadari, bahwa dalam rumahnya itu ada pahlawan di balik layar, pembawa
ketenangan dan kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
الدُّنْيَاكُلُّهَامَتَاعٌ, وَخَيْرُمَتَاعِالدُّنْيَاالزَّوْجَةُالصَّالِحَةُ
Pandai-Pandailah Merawat Istri
Oleh karena itu, seorang suami harus pandai memelihara dan
menjaga istrinya secara lahir batin. Sehingga bisa menjadi istri yang ideal,
ibu rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab. Suasana harmonis sangat
ditentukan dengan kerja sama yang bagus antara suami istri dalam menciptakan
suasana yang kondusif dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjemukan.
Salah satu contoh suasana harmonis dalam rumah tangga Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah Beliau memanggil ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha
dengan panggilan kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa
'Asiyah menjadi sangat bahagia.
‘Aisyah Radhiyallahu 'anha bercerita sebagai berikut, pada suatu
hari Rasulullah berkata kepadanya.
يَاعَائِشُ, هَذَاجِبْرِيْلُيُقْرِئُكِالسَّلاَمَ
Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha),
Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu. [Muttafaqun ‘alaihi]
Itulah salah satu contoh cara menciptakan suasana harmonis dalam
rumah tangga yaitu memanggil istri dengan panggilan kesayangan. Kita masih
sering melihat kaum suami yang memanggil istrinya seenaknya saja.Kadang kala
memanggil istrinya dengan cacat dan kekurangannya.Kalau begitu sikap suami, bagaimana
mungkin keharmonisan dapat tercipta? Bagaimana mungkin akan tumbuh rasa cinta
istri kepada suami?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -selaku Nabi umat ini
yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya- telah memberikan
sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam
hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan
wanita. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menempatkan mereka pada kedudukan
yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang
memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
‘Aisyah Radhiallahu 'Anha menuturkan:
كُنْتُأَشْرَبُوَأَنَاحَائِضٍ, فَأُنَاوِلُهُالنَّبِيَفَيَضَعُفَاهُعَلَىمَوْضِعِفِيّوَأَتَعَرَّقُالعَرَقَفَيَتَنَاوَلُهُوَيَضَعُفَاهُفِيمَوْضِعِفِيّ
Suatu ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku
memberikan gelasku kepada Rasulullah dan beliau meminumnya dari mulut gelas
tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas
beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku
memakannya. [HR Muslim]
Kalau Perlu Sepiring Berdua!
Begitulah kemesraan dapat tercipta, yaitu menciptakan rasa
saling memiliki, senasib dan sepenanggungan. Sepiring berdua, segelas berdua,
makan berjama'ah serta beberapa hal lain yang dianjurkan oleh Rasulullah agar
dilakukan bersama oleh sepasang suami istri!
Dengan demikian akan tercipta rasa saling memahami satu sama
lain. Sekarang ini jarang kita lihat suami yang peka terhadap perasaan
istrinya. Si istri makan ala kadar di rumah sementara suami jajan sepuasnya di
luar! Wajar bila rasa saling curiga tumbuh sedikit demi sedikit.Bahkan tidak
sedikit pasangan suami istri yang cekcok gara-gara perkara sepele.
Sering Mencium Istri, Tabukah...?
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiallahu 'Anha bahwa ia berkata:
أَنَّالنَّبِيَقَبَّلَامْرَأَةًمِنْنِسَائِهِثُمَّخَرَجَإِلَىالصَّلاَةِوَلَمْيَتَوَضَّأْ
Rasulullah pernah mencium salah seorang istri beliau baru kemudian
berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharuhi wudhu’. [HR Abu Dawud dan
Tirmidzi]
Budaya mencium istri agaknya masih asing di tengah masyarakat
kita, khususnya masyarakat timur.Bahkan masih banyak yang menggapnya tabu,
mereka mengklaimnya sebagai budaya barat.Namun anggapan itu terbantah dengan
riwayat yang kita bawakan tadi.
Tentu saja mencium istri yang kita maksud di sini bukanlah
mencium istri di depan umum atau di hadapan orang banyak. Sebenarnya banyak
sekali hikmah sering-sering mencium istri.Sering kita lihat sepasang suami
istri yang saling cuek.Kadang kala si suami pergi tanpa diketahui oleh istrinya
kemana suaminya pergi.Buru-buru melepasnya dengan ciuman, menanyakan kemana
perginya saja tidak sempat. Sang suami keburu pergi menghilang, kadang kala
tanpa pamit dan tanpa salam!?
Coba lihat bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bergaul dengan istri-istri beliau. Sampai-sampai Rasulullah menyempatkan
mencium istri beliau sebelum berangkat ke masjid.
Ungkapkanlah Rasa Cinta Kepada Istri!
Dalam berbagai kesempatan Rasulullah selalu menjelaskan dengan
gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau.Mereka –kaum hawa-
memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu
seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah
suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.
‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam: “Siapakah orang yang paling engkau cintai ?” beliau menjawab: “’Aisyah !” [Muttafaqun ‘alaihi]
Bagi yang mengidamkan keharmonisan rumah tangga, hendaklah sering-sering
membaca kisah-kisah ‘Aisyah Radhiallahu 'asha bersama Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam. Dan mempelajari bagaimana kiat-kiat Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam membahagiakan ‘Aisyah Radhiallahu 'anha.
Aisyah Radhiallahu 'anha bercerita:
كُنْتُأَغْتَسِلُأَنَاوَرَسُوْلُاللهِمِنْإِنَاءٍوَاحِدٍ
Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah Shallallahu لlaihi wa Sallam dari satu
bejana. [HR Bukhari].
Manfaatkan Setiap Kesempatan
Rasulullah tidak pernah melewatkan sediktpun kesempatan kecuali
beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal
yang dibolehkan.
Aisyah Radhiallahu 'Anha mengisahkan: “Pada suatu ketika aku
ikut bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah lawatan. Pada
waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau memerintahkan rombongan
agar bergerak terlebih dahulu.Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian
beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun
meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau.Beliau hanya diam saja
atas keunggulanku tadi.
Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku
ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar
bergerak terlebih dahulu.Kemudian beliau mengajakku berlomba kembali.Dan
akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah
penebus kekalahan yang lalu !” [HR Ahmad]
Sungguh sebuah permainan yang sangat mengasyikkan dan cukup
menghibur. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar
beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari.
Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata:
“Inilah penebus kekalahan yang lalu !”
Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta
memperhatikan cerita orang-orang top dan terkemuka, pasti akan takjub melihat
perbuatan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang nabi
yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, berasal dari keturunan yang
terhormat, yakni suku Quraisy dan Bani Hasyim.Pada saat-saat mengecap
kemenangan dan kembali dari sebuah peperangan bersama rombongan pasukan, namun
demikian beliau tetap sebagai seorang suami yang penuh kasih sayang dan rendah
hati terhadap istri-istri beliau.
Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang
yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan
pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau di sisi beliau telah setia
menunggu para istri yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja.
Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi
Shafiyyah binti Huyaiy Radhiallahu 'anha. Beliau Shallallahu 'alaihi wa salla
mmengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi
Shafiyyah Radhiallahu 'anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk
bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah
Radhiallahu 'anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang
menunjukkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah -selaku pemimpin yang berjaya dan
seorang nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap
tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu
pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan
kedudukan beliau.
Kalau kita bandingkan dengan sikap dan perilaku para suami
sekarang ini, kadang kala kesibukan mereka di luar rumah dan kegiatan-kegiatan
mereka lainnya disamping mencari nafkah kadang mengenyampingkan hak istri.Para
istri tidak lagi mendapat kemanjaan dan hiburan dari suaminya.
Namun yang ditemui sang istri adalah wajah suaminya yang
berkurut bak jeruk purut karena kelelahan atau karena kesal di luar rumah atau
karena masalah-masalah di luar rumah yang menghimpitnya? Jangankan waktu
bermain atau bercanda dan bersenda gurau, kadang kala waktu mengobrol saja
tidak ada! Jika demikian keadaannya bagaimana mungkin keharmonisan rumah tangga
dapat tercipta?
Poligami, Merusak Keharmonisan...?
Syariat Islam membenarkan para suami untuk menikahi lebih dari
satu istri, mereka diizinkan menikahi empat istri jika memiliki kesanggupan
untuk itu.Dan para suami diperintahkan berlaku adil terhadap istri-istrinya,
adil dalam masalah pembagian giliran dan nafkah.
Dan sebagaimana yang sudah dimaklumi bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi sembilan wanita yang kemudian dikenal
dengan sebutan Ummahatul Mukminin Radhiallahu 'anhum.Rasulullah merupakan
contoh terbaik dalam hal berlaku adil kepada para istri, dalam hal pembagian
giliran ataupun urusan lainnya. ‘Aisyah Radhiallahu anha pernah mengungkapkan:
كَانَرَسُوْلُاللهِإِذَاأَرَادَسَفَرًاأَقْرَعَبَيْنَنِسَائِهِ, فَأَيَّتُهُنَّخَرَجَسَهْمُهَاخَرَجَبِهَامَعَهُ, وَكَانَيُقَسِّمُلِكُلِّامْرَأَةٍمِنْهُنَّيَوْمَهَاوَلَيْلَتَهَا
Setiap
kali Rasulullah Shallallahuلlaihi wa sallam hendak melakukan lawatan, beliau selalu mengundi
para istri. Bagi yang terpilih akan menyertai beliau dalam lawatan tersebut.
Beliau membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam. [HR
Muslim]
Riwayat Anas berikut ini memaparkan kepada kita salah satu
bentuk keadilan beliau kepada para istri. Anas Radhiyallahu anhu menceritakan:
كَانَلِلنَّبِيِّتِسْعُنِسْوَةٍ, فَكَانَإِذَاقَسَّمَبَيْنَهُنَّلاَيَنْتَمِيإِلَىالمَرْأَةِالأُوْلَىإِلاَّفِيتِسْعٍ, فَكُنَّيَجْتَمِعْنَكُلَّلَيْلَةٍفِيبَيْتِالَّتِييَأْتِيْهَا, فَكَانَفِيبَيْتِعَائِشَةَ, فَجَاءَتْزَيْنَبُفَمَدَّيَدَهُإِلَيْهَافَقَالَتْعَائِشَةُ: هَذِهِزَيْنَبُ !فَكَفَّالنَّبِيُيَدَهُ…"
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mempunyai sembilan orang
istri. Apabila beliau telah membagi giliran bagi para istri, beliau hanya
bermalam di rumah istri yang tiba masa gilirannya.Biasanya para Ummahaatul
Mukminin berkumpul setiap malam di rumah tempat beliau bermalam.Pada suatu
malam, mereka berkumpul di rumah ‘Aiysah Radhiallahu 'anha yang sedang tiba
masa gilirannya.Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Zaenab Radhiallahu
'anha yang hadir ketika itu. ‘Aisyah Radhiallahu 'anha berkata: “Itu Zaenab !”
Beliau segera menarik tangannya kembali.[Muttafaqun ‘alaihi]
Begitulah keadilan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam. Namun sekarang
ini masih ada kita temui para suami yang melakukan sunnah ta'addud (poligami)
yang mengabaikan hak salah satu istrinya. Bahkan tragisnya berakhir pada
penyia-nyiaan hak salah satu istrinya, apakah itu istri yang pertama ataupun
yang kedua.Karena dalam pandangan syariat tidak ada bedanya kedudukan istri
pertama dengan istri kedua, ketiga ataupun keempat.
Hendaklah para suami yang melaksanakan sunnah ta'addud hendaklah
meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam bersikap adil terhadap
para istri dan dalam memenuhi hak istri-istrinya. Sehingga sunnah ta'addud ini
tidak menjadi momok dalam rumah tangga yang kerap kali diasumsikan bakal
merampas keharmonisan rumah tangga. Asumsi seperti itu telah dibantah oleh
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam, beliau
membuktikan bahwa banyak istri itu tidaklah mengurangi keharmonisan rumah
tangga.
Ajak Istri Beribadah Bersama!
Demikianlah suasana rumah tangga Rasulullah, suasana harmonis
seperti itu hanya dapat terwujud dengan bimbingan taufik dan hidayah dari
Allah.Salah satu faktor terbinanya rumah tangga yang harmonis bahkan merupakan
pilar utamanya adalah beribadah bersama. Suami hendaklah mengajak istrinya
untuk beribadah bersama, seperti shalat malam bersama, shaum sunnat bersama,
dan beberapa ibadah lain yang bisa dilakukan bersama-sama.
Rasulullah
Shallallahuلlaihi wa sallam telah
mencontohkan hal itu. Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk
giat beribadah serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sesuai dengan
perintah Allah Subhanaahu wa Taala.
وَأْمُرْأَهْلَكَبِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَاۖلَانَسْأَلُكَرِزْقًاۖنَّحْنُنَرْزُقُكَۗوَالْعَاقِبَةُلِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.Kami tidak meminta rizki kepadamu,
Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertaqwa.[ Thaaha/20 :132]
‘Aisyah Radhiallahu 'anha menceritakan:
كَانَالنَّبِيُيُصَلِّيوَأَنَارَاقِدَةٌٌمُعْتَرِضَةٌعَلَىفِرَاشِهِ, فَإِذَاأَرَادَأَنْيُوتِرَأَيْقَظَنِي
Rasulullah
Shallallahuلlaihi wa sallam biasa
mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau.
Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir. [Muttafaqun
‘alaihi].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghimbau umatnya untuk
mengerjakan shalat malam dan menganjurkan agar suami istri hendaknya saling
membantu dalam mengerjakannya. Sampai-sampai sang istri boleh menggunakan cara
terbaik untuk itu, yaitu dengan memercikkan air ke wajah suaminya! demikian
pula sebaliknya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan sebuah hadits dari
Rasulullah bahwa beliau bersabda:
رَحِمَاللهُرَجُلاًقَامَمِنَاللَّيْلِفَصَلَّىوَأَيْقَظَامْرَأَتَهُفَصَلَّتْفَإِنْأَبَتْنَضَحَفِيوَجْهِهَاالمَاءَ, رَحِمَاللهُامْرَأَةًقَامَتْمِنَاللَّيْلِفَصَلَّتْوَأَيْقَظَتْزَوْجَهَافَصَلَّىفَإِنْأَبَىنَضَحَتْفِيوَجْهِهِالمَاءَ
Semoga Allah Subhanaahu wa Ta'ala merahmati seorang suami yang
bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan
istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke
wajah istrinya (supaya bangun). “Semoga Allah Subhanaahu wa Ta'ala merahmati
seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu
membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia
memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun). [HR Ahmad].
Jagalah Penampilanmu!
Diantara faktor pendukung terciptanya suasana harmonis adalah
selalu menjaga penampilan.Seorang suami ataupun istri hendaklah selalu menjaga
penampilan masing-masing.Hindarilah penampilan yang awut-awutan dan bau yang
tidak sedap. Perhatian seorang muslim terhadap penampilan lahiriyah sebagai
pelengkap bagi kesucian batinnya termasuk salah satu bentuk kesempurnaan
pribadi.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah
teladan yang paling baik. Beliau adalah seorang yang suci lahir maupun batin,
beliau menyenangi wangi-wangian dan siwak dan beliau menganjurkan umatnya untuk
itu. Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam
bersabda:
كَانَرَسُوْلُاللهِإِذَاقَامَمِنَالنَّوْمِيَشُوْصُفَاهُبِالسِّوَاكِ
Seandainya tidak menyusahkan umatku, niscaya akan kuperintahkan
mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat. [HR Muslim]
Hudzaifah Radhiyallahu anhu berkata:
كَانَرَسُوْلُاللهِإِذَاقَامَمِنَالنَّوْمِيَشُوْصُفَاهُبِالسِّوَاكِ.
Rasulullah
Shallallahuلlaihi wa Sallam biasa
menggosok giginya dengan siwak setiap kali bangun dari tidur. [H.R Muslim].
Syuraih bin Hani’ berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah
Radhiallahu 'anha: ‘Apa yang pertama sekali dilakukan Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam setiap kali memasuki rumahnya ?” ‘Aisyah Radhiallahu 'anha
menjawab: “Beliau memulainya dengan bersiwak.” [HR Muslim].
Betapa besar perhatian beliau terhadap kebersihan! beliau
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bertemu dengan keluarga.
Beliau selalu membaca doa setiap kali memasuki rumah, sebagai
berikut:
بِسْمِاللهِوَلَجْنَا, وَبِسْمِاللهِخَرَجْنَا, وَعَلَىرَبِّنَاتَوَكَّلْنَا, ثُمَّيُسَلِّمُعَلَىأَهْلِهِ
Dengan menyebut nama Allah kami masuk (ke rumah), dan dengan
menyebut nama Allah kami keluar (darinya), dan kepada Rabb kami, kami
bertawakkal. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada keluarganya. [HR Abu
Dawud]
Wahai saudaraku sekalian para pemimpin rumah tangga,
bahagiakanlah keluargamu dengan penampilan yang bersih dan ucapan salam ketika
menemui mereka. Janganlah engkau ganti dengan cacian, makian dan bentakan.
Ciptakanlah suasana harmonis dalam rumah tanggamu dan jadikanlah rumahmu
sebagai surga bagimu, bagi istri dan anak-anakmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar